Description

Kali ini Pastor Tom bersandar di kursinya dan menyeringai. "Ya, aku tidak tahu gereja-gereja apa yang telah kamu hadiri," katanya. "tetapi itu jelas bukan apa yang aku ajarkan dalam gereja ini" . "Tetapi tidak adakah sebagian kelompok agama yang mengajarkan gagasan bahwa uang itu jahat?" tanya saya. "Tidak adakah sebagian orang yang percaya bahwa orang miskin mempunyai peluang lebih baik untuk masuk ke surga daripada orang kaya?" "Ya, itu benar," jawab si pastor. "Gereja yang berbeda mengajarkan hal-hal yang berbeda. Tetapi itu bukanlah hal yang ingin aku ajarkan di gerejaku. Allah yang aku kenal mencintai orang kaya dan orang miskin secara sama, tidak membeda-bedakan." Sementara Pastor Tom Anderson melanjutkan pemikirannya, saya merefleksikan kembali pengalaman saya sendiri tentang gereja dan rasa salah yang sering saya rasakan karena saya sungguh-sungguh ingin menjadi kaya. Barangkali saya telah menafsirkan pesan gereja dengan tidak tepat. Barangkali rasa bersalah saya tentang cinta akan uang telah menyebabkan saya menerima pesan dengan tidak tepat. Dengan kara lain, saya merasa bersalah jadi saya mendengar pesan tentang rasa bersalah. Ketika saya membagikan gagasan ini dengan Tom, dia mengatakan sesuatu yang kembali menyebabkan saya duduk bersandar di kursi. Dia berkaca, "Kadang-kadang satu ons persepsi membutuhkan satu ton pendidikan untuk mengubahnya. Kata-kata bijak itu mengendap dalam benak saya. Lama saya memikirkan apa yang dia katakan. Kedalaman pemikiran itu dan keakuratan yang ditemukan dalam kata-kata itu sangat besar. Tiga bulan kemudian saya berbicara di hadapan umatnya. Hak istimewa untuk berbicara di atas mimbar gereja itu adalah pengalaman yang membantu saya mengubah satu ons persepsi pribadi. Satu Ons Versus Satu Ton Ayah saya yang kaya sering berkaca, "Kamu tidak pernah dapat mengajar orang miskin untuk menjadi kaya. Kamu hanya bisa mengajar orang kaya menjadi kaya." Ayah saya yang miskin sering berkata, "Aku tidak akan kaya. Aku tidak tertarik pada uang." Dan, "Aku tidak dapat membelinya." Barangkali mempunyai begitu banyak tagihan pengobatan yang harus dibayar atau bergumul secara finansial selama masa dewasanya itulah yang membuat dia mengatakan hal-hal seperti itu. Tapi saya tidak berpikir demikian. Saya pikir itu disebabkan oleh satu ons persepsinya yang turut menyebabkan banyak masalah finansialnya. Ketika Sharon Lechter, rekan penulis saya, bertanya pada saya apakah saya ingin menulis buku ini untuk orangtua, saya menerima kesempatan itu dengan hasrat yang besar. Pertemuan saya dengan Pastor Tom Anderson itulah yang menyebabkan saya menjadi bergairah dalam hal menulis buku ini, karena orangtualah yang paling dapat mempengaruhi persepsi-persepsi searang anak atas kehidupan. Seperti disebutkan sebelumnya, istri saya, Kim, dan saya tidak mempunyai anak, jadi saya tidak berani memberi tahu orangtua bagaimana menjadi orangtua yang lebih baik. Optimization by https://rajaaqiqah.net and https://sekaliklik.id/jam-digital-masjid/